Dia duduk disana,
Menatap menyayat dengan katanya
Mengelap bibir dengan tangan kanannya
Menghapus nasi basi yang dimakannya tadi sore
Dia duduk disana,
Melirikku sekilas dan secepat itu pula
memalingkannya ketika aku menyadarinya
Menyumpah pada anak disebelahnya
Dia duduk disana,
Berperan layaknya Raja Diraja
Nikmatilah hartamu sampai ia nanti
menggerogoti mayat busukmu
Dia duduk disana,
Mengharapkan sahaya yang lain untuk mencuci
kakinya
Sementara yang lainnya meminumnya
Dia,
Tersenyum, dengan kata-katanya yang menghibur
Menelengkan kepalanya kembali sedikit,
kemudian membentak kasar anak disampingnya
Duduk,
Ongkang dan pongah,
Mengangkang dan jengah,
Dari arang menjadi tanah,
Hanya menyisakan darah yang bernanah
Disana,
Aku
kembali mengharapkan lirikan itu
Tapi...
Samarinda 09Jun2010
3 komentar:
Dia kutahu nyata..
saat ia inginkan senja..
ketika basah paluh terlihat menetes dikeningnya..
dia ku tahu nyata..
saat ia inginkan senja..
hanya nada sendu pelipur lara..
sesegukan tak berasa..
dia kutahu nyata..
saat ia inginkan senja..
isak tangis berharap lupakan duka..
tersenyum menahan luka..
Dia kutahu nyata..
saat ia inginkan senja..
ketika basah paluh terlihat menetes dikeningnya..
dia ku tahu nyata..
saat ia inginkan senja..
hanya nada sendu pelipur lara..
sesegukan tak berasa..
dia kutahu nyata..
saat ia inginkan senja..
isak tangis berharap lupakan duka..
tersenyum menahan luka..
nda paham ndud (--')
mink cuma coba nelurin yang ada dikepala selama beberapa hari ini....
Posting Komentar