Sabtu, Juni 04, 2011

Wehea Exploration Village

Day 2


Well, dihari kedua disini dipagi hari sayah udah buat beberapa kebodohan yang kadang kelepasan secara ga sengaja karena kurangnya keseimbangan kelakuan normal sayah.
Sayah punya kondisi yang sangat susah ditolelir dan ditawar-tawar ketika bangun tidur. Mungkin karena sudah kebiasaan, otot-otot perut sayah langsung aktif begitu sadar tuannya bergerak setelah semalaman istirahat dari kelakuan hiperaktif sehari penuh. Dengan kata lainnya ; saya kebelet BOKER. Dengan memegang perut dan males nanya dimana WC sayah keliling rumah ini dan tidak menemukan lubang WC yang sayah cari-cari. Akhirnya sayah menengok ke jendela. ADA SUNGAI BESAR DENGAN JAMBAN  BERTENGGER MANIS DISANA. Itu sangat menguntungkan, sekalian nyebur aja habis boker. Maklum, keturunan ikan sapu-sapu, jadi ga bisa liat sungai dikit, bawaannya main nyebur aja. Nyahahahaha.


Dengan semangaat 45 sayah berlari ke sungai tepat dibelakang sekretariat dan langusung masuk jamban, tapi sayah bingung masuk dari mana…… PINTUNYA GA ADA!!!!. Cuek bebek, secara udah diujung banget, dan sayah pikir udah keluar dikit tadi dijalan mungkin, sayah nongkrong dengan bagian pinggul sayah tutup dengan pashmina, mudah2an ga nyangkut ampas disitu. Dan tiba-tiba, JREEEENG, ada bule-bule yang penasaran pengen liat pelabuhan di pagi hari juga.. kacau……selanjutnya sayah ga perlu ceritakan, karena akan menyangkut cerita sayah yang panik dan loncat ke air. Cukup memalukan.

Setelah mandi, sayah dengan gaya tidak terjadi apa-apa coba rebahan dan ngopi sambil kayang (susah kan bayanginnya?? Hehe, saya juga). Ada yang sedikit mengecewakan memang, bang Chris tiba-tiba berangkat ke Gunung Kongbeng dan mau dokumentasiin Misa terbuka di depan situs wisata Gua Maria.. AAARRRGHH… sayah keasikan kayang, sampai ga nyadar dia udah pergi, dan sayah melewatkan satu cerita menarik disni.FAK!
Tak berapa lama, sayah dihampiri Mama David (sayah ga tau nama aslinya, tapi penduduk disini biasa semua memanggilnya begitu. Ada juga Mama Andri, Mama Sinta dan banyak Mama-Mama lainnya, mungkin memanggil  nama mereka dengan mengggunakan nama anak tertua). Mama David meminta anaknya untuk ditemani ke pasar, tapi dia ga mau, sayah kemudian menawarkan diri daripada sesat ga jelas kayang sambil ngopi. Akhirnya sayahpun pergi kepasar yang jaraknya 3 kilometer dari desa, lumayan jauh, tapi pake motor kok. Karena bensin ditangki motor menandakan akan habis, sayah dan Mamah David pun nyari bensin eceran. Tau berapa harganya? 13 REBU RIPIS 1 LITER!. #masimau. Bagi anak-anak dikota yang protes harga bensin dan perrtamax yang mahal, coba deh main-main kesini..:))

Dan sayah sukses dikerjain Mamah David, dia suruh sayah bawa belanjaan kayak orang yang mau jualan, kiri-kanan-depan-belakang motor pun penuh dengan belanjaan!! Tapi Mamah David baik banget habis itu, dia buatkan makanan buat sayah spesial dan enak banget!! Sampe nambah 3 kali, nyahahahahahaha…ini mah doyan namanyah.


Kembali kesekretariat sayah menemukan keadaan kosong melompong. Ternyata semua orang sedang explorasi desa dan mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru. Hmm…. sayah pun mencoba dengan cara sayah sendiri. Awalnya sayah jalan kaki sendirian, tapi karena desa ini lumayan besar untuk di eksplorasi jalan kaki, akhirnya sayah putuskan untuk pinjam motor David lagi. Lagipula dia juga ga ada, pasti ga papa kalo sayah bawa jalan-jalan lagi. Sayah melewati beberapa jalan yang sayah pernah liat pada malam kedatangan. Kemudian sayah coba untuk masuk lebih kedalam, kemudian sayah agak nyasar, ditikungan sayah menemukan kuburan orang dayak Wehea! Walah….





Sayah coba untuk melaju lebih kedalam, namun tiba-tiba sayah menemukan sesuatu yang mengembalikan memori sayah ketika kecil JEMBATAN GANTUNG WAHAU!
Walah, ternyata desa sayah bersebelahan dengan jembatan gantung toh, karena desa Wehea berada di tikungan sungai besar dan dikelilingi hutan, makanya ni jembatan ga keliatan, sayahpun coba ambil beberapa foto yang sudutnya sangat abstrak. Sebab sayah coba ambil fotonya dijembatan dan DIATAS MOTOR YANG BERJALAN!





















sebenarnya ini bukan karena sayah ga bisa ekspresi, tapi memang ini sayah kebelet pengen loncat dari jembatan.

Sayah cukup bangga dengan hasil  yang sayah dapat pagi ini,walaupun ga bisa jalan ke Gunung Kombeng, sayah bisa menemukan keasikan melalui cara sayah sendiri. Ada beberapa yang menarik dari hasil penglihatan sayah, dimana kampung dayak disini sudah semakin maju dan terkontaminasai oleh kemajuan modernisasi. Hampir setiap rumah sudah menggunakan kayu ulin yang harganya sayah dengar 1 kubik mencapai 18 juta ripis,, walah…tapi nanti sayah ceritakan diblog mengapa keadaan ini sampai seperti ini..


Setelah kelelahan seharian explorasi dan merencanakan schedule wawancara dengan beberapa orang, akhirnya sayah tepar sebentar, dan mendadak dibangunkan karena Desa Wehea ingin mengadakan upacara penyambutan tamu atau dalam bahasa Wehea upacara Nelkeaq. Ahahahaha.. saya sangat exited dengernya, seumur-umur belum pernah disambut di kampung sendiri, sekarang disambut sama suku dayak lagi,, asiiiikkk…


Upacaranya berupa memotong bambu dibagian tengah dan dibentuk kemudian meletakan telur ditengahnya, kemudian ada sesembahan kepada roh penjaga desa dan hutan Wehea dengan memotong kepala burung dan mengusapkan darahnya didahi semua tamu. Anehnya sayah sempat kelupaan dikasih darah sama si dukun, sayah terseok-seok mendekati kepala adat minta diberi perlindungan juga. Kan sayah ga mau nanti titit sayah pindah kekepala, dan setelah kepala adat melihat muka memelas sayah dia akhirnya mau memberikan darah di jidat indah sayah. Fffiuuuh… kami juga diberi gelang perlindungan sebagai simbol persahabatan warga dan perlindungan para tamu dari roh-roh jahat.


Hari ke dua pun ditutup setelah kami disambut ketua adat dirumahnya.


Sampai disini dulu ceritanya, nanti kita cerita lagi buat hari ke-3 yah, sayah mau makan masakannya Mamah David dulu!..

0 komentar:

 

Catatan Mahasiswa Sableng (C M S) Copyright Protect Reserved and Edited by ♥chamink♥ © 2012