Selasa, Februari 15, 2011

Roman Taik Kucing!

Dia, mereka...
alasan ketika kau tak hancurkan jemariku yang perlahan padam.
ada kamu disana, namun menunjuk sepi pada awan yang siap terkam sang penyayang.

teriakan jepitan perutku pertanda lapar.
maka aku perlahan berjalan melewati padang malam untuk mencari penghiburan untuk perutku yang berontak.
cahaya lampu itu terlihat sangat mesra, tapi sepi.
mungkin karena aku ingat kamu. Dia, mereka.

Alunan dawai biola Sapardi mengingatkanku akan lirik tajamnya...
"aku ingin mencintaimu dengan sederhana"
namun menjadi tak sempurna,
penuh cacat dan sangat kompleks.

hey, aku tak ingin berbicara cinta, aku hanya lapar!
baik, aku akan bicara tentang kucing berwarna kuning abu-abu itu saja.
yang tak sengaja ku injak ekornya ketika aku lewat hendak mencari penghiburan untuk perutku.

cobalah liat itu, dia asik bercengkrama dipojok warung rokok dengan kucing genit yang agak gemukan berwarna putih hitam.
dia menjilati telinga lawannya dan asik berbagi kehangatan.
ah, taik!
kucingpun menghinaku dengan roman mereka!
dan kenapa pula aku melankolia?
mungkin karena Mahmud lupa di beri makan oleh mamaknya karena sibuk mengais sampah untuk mendapatkan makanan sisa.

hanya saja ini tak berasa seperti roman yang biasa.
aku mengendapkan lara yang tak kunjung meraih bara.
secercah mimpi kadang tertutup kabur oleh menanti-menanti lonceng berbunyi.

kunang kunang, silahkan tunjukan sejuta topengmu, dan akan kutunjukkan sejuta warnaku.. Dia, Mereka!

kau fikir aku tak tau apa yang kau bicarakan dibelakangku. dan aku tak suka. terimakasih..


apa kabar hujan? sudah lama kau tak menyapamu.
mengecipakkan airmu diatas telapak kakiku dengan sengaja.
efeknya dramatis kurasa.
tidak sedramatis hujan yang kau curahkan ke Florida akhir-akhir ini.menyebabkan semuanya luluh lantah.
apa kabar angin? sudah lama aku tak menunggangimu.
merasakan punggungmu dan merayap naik menyapu peluh.
sarana yang sangat efektif ketika aku ingin menitip pesan rindu kepada kekasihku.
ah, tidak seefektif seperti surat cinta cengeng yang kukirim lewat pos atau e-mail.

namun aku ingin mengendarai angin, berbaur dengan hujan, untuk mencapai pagar rumahmu. dan membagi ice cream yang sudah meleleh karena terlalu jauh kubawa, mungkin karena aku juga tidak membawa termos es untuk membuatnya membeku.
seperti cintaku, yang membatu.

simpan saja didalam hatimu, tak perlu semua diungkapkan.
aku mengerti jiwamu rapuh..
semua selalu tentangmu. bukan aku.


lagi-lagi konspirasi, jiwaku merapuh ketika menatap layar mengembang.
aku tak gentar, namun meragu.




kamar kos. 12:05 Feb 16th, 2011

1 komentar:

Evangelina Irish Netharien mengatakan...

apa aku bisa menjadi salah satu alasanmu terus berada disampingku??

mungkin saja kau tak perlu membekukan ice cream itu..
sudah waktunya dia mencair..

mungkin perlu kupinjamkan bebrapa topengku untuk mengganjal roman mu..
ambillah beberapa..
suah banyak ku punya,,
dan semua tercipta dengan sempurna tanpa cela..

kau fikir aku suka apa yang ku bicarakan i belakangmu,
itu tak semudah yang kau fikirkan kasihku..
hanya saja aku seperti kembali menguliti luka lamaku yang tak pernah kering..

aku selalu ingin mengungkapkan cintaku padamu..
karna jari kita tak pernahbersentuhan seperti dulu.,.
ketika cela-cela jari jemari kita tersisip makna cinta diantaranya..
aku ingin kau tau berapa detak jantungku begitu menggebu tiap aku mengingatmu..

aku tak meragu,,
tak juga rapuh,,
wajahmu selalu menghiasi layar di hadapanku,,
sekedar menatapmu malu-malu seolah-olah kau juga melihatku..

yahh,, setidaknya roman ku ini tak seperti roman tai kucing mu..
roman ku lebih seperti roman ice cream yang kau bawa di depan pagar rumah ku.. :)

 

Catatan Mahasiswa Sableng (C M S) Copyright Protect Reserved and Edited by ♥chamink♥ © 2012